Sumatra Barat (NetKepri) – Mudik Lebaran sambil menikmati obyek wisata alam mungkin lazim di banyak tempat. Tapi, menikmati keindahan arsitektur dan konstruksi rumit di belantara hutan dengan keindahan panoramanya belum tentu mudah ditemui.
Keindahan itu bisa dinikmati saat menyusuri Jembatan Kelok Sembilan, dengan panorama alam hutan Bukit Barisan. Pemudik yang melewati Sumatera Barat (Sumbar)-Riau akan dimanjakan dengan panorama cagar alam dan gunung-gunung, dan tentu saja konstruksi jembatan yang kokoh itu.
Pemudik dari Pekanbaru dengan tujuan Bukittinggi dan Padang bakal disambut keindahan jembatan yang mulai dibangun sejak 2003 dan selesai pada 2013 itu.
Terutama pengguna kendaraan roda dua dan roda empat. Memakan waktu empat jam perjalanan dari Pekanbaru, Jembatan Kelok Sembilan memang jadi alternatif terbaik untuk transit melepas penat.
Ade (26), warga setempat mengakui, Jembatan Kelok Sembilan jadi tempat perhentian bagi pengguna jalan baik dari Pekanbaru, maupun sebaliknya dari Padang atau Bukittinggi.
Pengguna jalan, hanya berhenti sesaat untuk swafoto, istirahat minum, atau hanya sebatas cuci mata menikmati pemandangan dan menghirup udara sejuk Bukit Barisan.
“Biasanya ramai, apalagi mau Lebaran. Dari Pekanbaru [tujuan Sumbar] ramai sekali,” katanya, minggu lalu, dalam keterangan tertulis Kementerian PUPR, Rabu (28/6/2017)
Ade mengatakan, sejak jembatan layang tersebut dioperasikan pada 2013, pengguna jalan memanfaatkannya untuk istirahat. Apalagi posisinya juga berada dekat perbatasan Sumbar – Riau, atau bisa dibilang setengah perjalanan bagi pengendara dari Pekanbaru maupun dari Padang.
Jalan Berkelok
Sebenarnya, nama Kelok Sembilan merujuk jalan berkelok-kelok melewati perbukitan di Nagari Sarilamak, Kecamatan Harau, Kabupaten Limapuluh Kota, Sumbar.
Jalan itu, jika direntang lurus hanya sepanjang 300 meter dengan lebar jalan 5 meter yang dibangun pemerintah Kolonial Belanda pada 1908-1914 untuk memperlancar transportasi dari Pelabuhan Emma Haven [Teluk Bayur] di barat Sumatra ke wilayah timur.
Namun, seiring berkembangnya waktu, jalan itu tak mampu lagi menampung volume kendaraan yang melewati rute tersebut, sehingga kemacetan tak terelakan. Solusinya, diusulkanlah pembuatan jembatan layang menembus dua bukit yang mengapit jalan tersebut.
Maka pada 2003, dimulai pembangunan Jembatan Kelok Sembilan oleh Kementerian Pekerjaan Umum (sekarang Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) dengan konsep green construction atau ramah lingkungan karena berada di wilayah cagar alam. Pembangunan jembatan dengan biaya Rp580 miliar itu dikerjakan dalam kurun waktu 10 tahun.
Jembatan Kelok Sembilan dibagi dalam enam buah jembatan dengan ditambah jalan penghubung sepanjang lebih dari 1,5 kilometer.
Untuk enam jembatan itu, masing-masing memiliki panjang yang berbeda. Jembatan pertama dengan panjang 20 meter, jembatan kedua 230 meter, jembatan ketiga 65 meter, jembatan keempat yang paling panjang 462 meter, jembatan kelima 31 meter, dan jembatan keenam sepanjang 156 meter.
Ikon Wisata
Jembatan itu memiliki lebar 13,5 meter, sehingga sangat luas bagi kendaraan yang melewatinya. Bahkan, di sisi jembatan juga diberi ruang yang cukup luas, sehingga pengguna jalan bisa parkir kendaraan.
Karena, Jembatan Kelok Sembilan sudah menjadi menjadi lokasi transit dan ikon wisata baru di kawasan itu, maka banyak pula masyarakat yang memanfaatkan momen itu untuk berdagang.
Maka jangan heran, jika Anda melewati jalur itu akan ditemukan banyak pedagang di sisi atas jembatan dari arah Riau. Mereka, menyediakan jagung bakar, es kelapa muda, dan makanan kecil lainnya.
Untuk mudik Lebaran tahun ini, pemerintah menyiapkan salah satu poskonya di kawasan Jembatan Kelok Sembilan. Pokso itu juga disediakan akan berat berupa dump truck, ekskavator, dan peralatan lainnya mengantisipasi bencana.
“Kami juga sediakan posko siaga di Kelok Sembilan untuk memastikan jalur Padang – Pekanbaru lancar selama mudik Lebaran, kata Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) III, Syaiful Anwar saat memantau kesiapan jalur mudik lebaran di Sumbar, minggu lalu.
Pantauan tim BPJN III ke lokasi itu menemukan sepanjang 205 kilometer ruas Padang – Bukittinggi – batas Riau dalam kondisi bagus.
Bahkan, kerusakan jalan akibat banjir dan longsor di Pangkalan awal Maret lalu, yang sempat menyebabkan akses Sumbar – Riau terputus, kini tak tersisa lagi, berganti hamparan aspal yang mulus.
Sumber : Detik,com